Donald Trump, yang baru saja terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan yang diwarisi dari pemerintahan sebelumnya. Meskipun ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda kekuatan, dengan ekspansi yang sedang berlangsung, tingkat pengangguran yang mendekati maksimum, dan inflasi yang mulai meningkat, banyak ekonom berpendapat bahwa reformasi agresif yang dijanjikan oleh Trump mungkin tidak diperlukan dan bahkan dapat berisiko.
Krisis Utang Nasional
Utang nasional AS telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan rasio utang terhadap PDB mendekati 100%. Rencana Trump untuk pemotongan pajak besar-besaran dan peningkatan belanja infrastruktur dapat memperburuk defisit anggaran federal, menambah kekhawatiran tentang keberlanjutan fiskal AS. Para ahli memperingatkan bahwa kebijakan fiskal yang tidak hati-hati dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam imbal hasil obligasi Treasury AS, yang pada gilirannya dapat meningkatkan biaya pinjaman dan mengganggu stabilitas ekonomi.
Inflasi dan Kebijakan Perdagangan
Rencana Trump untuk memberlakukan tarif tinggi pada negara-negara seperti China dan kebijakan deportasi massal dapat memicu inflasi lebih lanjut dan kekurangan tenaga kerja. Investor khawatir bahwa retorika kampanye Trump dapat menjadi kenyataan, yang mengakibatkan inflasi yang lebih tinggi di AS. Hal ini telah menyebabkan fluktuasi dalam imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun, yang mencapai hampir 4,8% karena kekhawatiran inflasi. Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan perdagangan proteksionis dapat mengganggu rantai pasokan global dan meningkatkan harga konsumen, yang pada akhirnya merugikan perekonomian AS.
Ketegangan Global dan Kebijakan Luar Negeri
Pendekatan Trump yang lebih unilateral dalam kebijakan luar negeri, termasuk ancaman perang dagang besar-besaran dengan China, dapat memperburuk ketegangan global. Survei oleh European Council on Foreign Relations menunjukkan bahwa kembalinya Trump dipandang negatif oleh banyak sekutu terdekat Amerika, terutama di Eropa dan Korea Selatan, sementara negara-negara seperti India, Arab Saudi, dan China melihatnya lebih positif. Pendekatan transaksional Trump dianggap sebagai penyimpangan dari tatanan internasional liberal yang dihargai oleh banyak sekutu AS.
Meskipun Trump mewarisi ekonomi yang relatif kuat, kebijakan yang diusulkannya menimbulkan kekhawatiran di antara para ekonom dan investor. Kombinasi antara krisis utang yang membayangi, potensi lonjakan inflasi, dan ketegangan global yang meningkat dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang menantang bagi pemerintahan baru. Para ahli menekankan perlunya pendekatan kebijakan yang hati-hati untuk menghindari ketidakstabilan ekonomi dan mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan.