Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, kali ini dalam konteks perang dagang yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global. Di tengah ketidakpastian tersebut, seorang pejabat senior Pakistan mengeluarkan peringatan tajam terkait salah satu strategi ekstrem yang mungkin diambil oleh China: menjual obligasi pemerintah AS dalam jumlah besar, sebuah langkah yang disebut sebagai “opsi nuklir” dalam dunia keuangan.
Menurut pejabat tersebut, meskipun tindakan tersebut secara teori dapat menekan ekonomi Amerika dengan meningkatkan imbal hasil (yield) obligasi dan memperburuk defisit fiskal AS, namun langkah ini juga berisiko tinggi bagi China sendiri.
“Ini adalah pedang bermata dua,” tegas pejabat itu. “China memang bisa menyakiti AS secara ekonomi, tapi dampaknya juga bisa berbalik menghantam keuangan dan stabilitas internal mereka.”
Risiko Terhadap Cadangan Devisa China
Sebagaimana diketahui, China adalah salah satu pemegang terbesar surat utang AS di dunia, dengan kepemilikan yang mencapai lebih dari $800 miliar. Jika China mulai melepas obligasi-obligasi tersebut secara massal, nilai dari aset-aset yang mereka pegang bisa langsung terdepresiasi. Hal ini berisiko menggerus cadangan devisa nasional dan memperburuk kepercayaan pasar terhadap perekonomian China.
Selain itu, tindakan seperti itu bisa memicu kepanikan pasar global, dengan potensi efek domino ke negara berkembang dan mitra dagang utama, termasuk Pakistan.
Seruan untuk Jalan Diplomatik
Pejabat Pakistan tersebut juga menyerukan agar kedua negara adidaya ini mengutamakan jalur diplomatik dalam menyelesaikan ketegangan dagang. Ia menyebut bahwa dunia saat ini berada dalam posisi yang terlalu rapuh untuk menghadapi konflik ekonomi berkepanjangan antara dua kekuatan global.
“Perang dagang skala besar akan merugikan semua pihak. Negara-negara berkembang, seperti Pakistan, akan terkena imbasnya lebih dulu,” ujarnya.
Dampak ke Aset Global, Termasuk Kripto
Ketidakstabilan akibat perang dagang ini juga berpotensi berdampak pada pasar keuangan global, termasuk harga emas, dolar AS, hingga aset digital seperti Bitcoin. Di masa ketidakpastian geopolitik, banyak investor cenderung mencari aset lindung nilai—namun volatilitas tinggi bisa justru memperparah fluktuasi.