Pasar cryptocurrency mengalami penurunan signifikan pada awal Februari 2025, dengan total likuidasi mencapai lebih dari Rp36,5 triliun dalam 24 jam. Penurunan ini diduga dipicu oleh kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menetapkan tarif impor baru sebesar 25% untuk baja dan aluminium yang masuk ke AS.
Dampak Kebijakan Ekonomi Trump Terhadap Kripto
Kebijakan tarif baru ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi perang dagang global, yang kemudian berdampak pada ketidakstabilan di berbagai sektor keuangan, termasuk pasar kripto. Setelah pengumuman tarif tersebut, harga Bitcoin (BTC) turun tajam ke level terendah dalam tiga minggu, diperdagangkan di kisaran Rp1,53 miliar per koin. Ethereum (ETH) juga mengalami penurunan drastis, menyentuh harga Rp44,93 juta, level terendah sejak September 2024.
Penurunan harga ini menjadi bukti bahwa pasar cryptocurrency masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi global dan sentimen investor. Banyak pelaku pasar yang memilih untuk menjual aset digital mereka sebagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian ekonomi yang lebih luas.
Kontroversi Koin Meme $TRUMP
Selain kebijakan tarif, perhatian juga tertuju pada peluncuran koin meme bernama $TRUMP, yang diperkenalkan sebelum pelantikan Trump sebagai presiden. Koin ini langsung menarik perhatian komunitas kripto dan menghasilkan miliaran dolar dalam penjualan, menjadikannya salah satu cryptocurrency terbesar ke-25 berdasarkan kapitalisasi pasar.
Namun, keterlibatan Trump dalam proyek ini menuai kritik dari para pakar kripto dan ahli hukum. Dengan kepemilikan sekitar 80% dari total pasokan koin, muncul kekhawatiran mengenai potensi konflik kepentingan dan manipulasi pasar untuk keuntungan pribadi. Kontrol yang begitu besar atas pasokan koin meningkatkan risiko ketidakstabilan pasar dan spekulasi liar di antara investor.
Gejolak di Pasar Kripto dan Prospek Ke Depan
Kombinasi dari kebijakan ekonomi yang agresif dan keterlibatan Trump dalam dunia kripto telah menciptakan ketidakpastian di pasar. Para analis memperingatkan bahwa volatilitas masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika kebijakan perdagangan AS terus memperburuk kondisi ekonomi global.
Banyak investor kini mulai mencari aset yang lebih stabil sebagai alternatif dari kripto, sementara regulator juga semakin waspada terhadap pergerakan pasar yang dipicu oleh faktor eksternal seperti kebijakan politik.
Kasus ini menjadi pengingat bagi para investor akan pentingnya memahami faktor-faktor makroekonomi yang dapat berdampak pada aset digital mereka. Dengan ketidakpastian yang masih membayangi, langkah-langkah pengamanan dan strategi investasi yang matang menjadi kunci dalam menghadapi dinamika pasar kripto yang penuh risiko.