Senin, April 21, 2025
BerandaBitcoinImbal Hasil Obligasi AS Turun ke 4%, Dolar Melemah – Saatnya Beli...

Imbal Hasil Obligasi AS Turun ke 4%, Dolar Melemah – Saatnya Beli Bitcoin Saat Harga Turun?

Date:

Related stories

SEC Tunda Keputusan Soal Staking dan Penebusan In-Kind untuk ETF Kripto hingga Juni

Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) kembali mengambil...

Hashprice Penambangan Bitcoin Tetap Stabil Meski Tingkat Kesulitan Meningkat

Meski tingkat kesulitan penambangan Bitcoin mengalami peningkatan, hashprice tetap...

Pemegang Jangka Panjang Bitcoin Tetap Optimis di Tengah Penurunan Harga

Penurunan harga Bitcoin ke level terendah dalam empat bulan...

Jason Calacanis Picu Kontroversi dengan Pernyataan “Bitcoin Akan Digantikan”

Investor teknologi dan pendukung startup, Jason Calacanis, kembali memicu...

Pasar Kripto Akhir Pekan: Bitcoin Stabil, Ancaman Devaluasi Token Mengintai

Akhir pekan lalu, pasar kripto menunjukkan pergerakan yang beragam...

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun anjlok ke level terendah dalam enam bulan terakhir, menyentuh angka 4,0% pada 3 April 2025. Penurunan ini menjadi sinyal kuat meningkatnya kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi global, di tengah memanasnya perang dagang dan melemahnya indeks dolar AS (DXY).

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan investor: apakah ini waktu yang tepat untuk membeli Bitcoin saat harganya sedang terkoreksi?

Ketika Obligasi Melemah, Aset Alternatif Bersinar

Penurunan imbal hasil obligasi menunjukkan bahwa banyak investor saat ini memilih instrumen yang dianggap lebih aman, seperti obligasi pemerintah. Namun, dalam lingkungan suku bunga rendah, potensi keuntungan dari obligasi menjadi kurang menarik. Akibatnya, banyak investor mulai melirik aset alternatif seperti emas dan Bitcoin (BTC).

Apalagi, imbal hasil yang lebih rendah bisa menandakan ekspektasi perlambatan ekonomi atau bahkan potensi resesi. Dalam situasi seperti ini, aset dengan potensi pertumbuhan tinggi—meskipun lebih volatil—sering kali menjadi pilihan menarik bagi investor yang siap mengambil risiko lebih besar.

Perang Dagang dan Inflasi Jadi Sorotan

Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini kembali menggulirkan tarif impor baru sebagai bagian dari kebijakan perdagangan internasionalnya. Menurut Axel Merk, Chief Investment Officer di Merk Investments, langkah ini dapat menciptakan “guncangan pasokan” dan memicu kenaikan harga barang.

“Tarif membatasi ketersediaan barang, yang secara alami akan mendorong inflasi,” ujarnya.

Inflasi yang meningkat biasanya menekan daya tarik instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi, dan mendorong investor mencari lindung nilai (hedging) dalam bentuk aset keras atau digital seperti Bitcoin.

Dolar AS Melemah, Bitcoin dan Emas Diuntungkan

Indeks dolar AS (DXY) juga turut melemah, menyentuh level 102, terendah dalam enam bulan terakhir. Pada saat yang sama, harga emas melonjak dan mencetak rekor baru. Pola ini menunjukkan bahwa investor mulai meninggalkan dolar dan beralih ke aset penyimpan nilai lainnya.

Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menguntungkan Bitcoin. Jika negara-negara mulai kehilangan kepercayaan pada dominasi dolar AS, maka aset digital seperti BTC bisa menjadi alternatif cadangan nilai yang semakin populer.

Apakah Ini Waktu yang Tepat Membeli Bitcoin?

Meski Bitcoin sempat terkoreksi dari level tertingginya, hingga saat ini level support di $82.000 masih bertahan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli dari investor tetap tinggi, meskipun ada ketidakpastian di pasar global.

Para analis menyarankan bahwa fase penurunan harga seperti sekarang bisa menjadi peluang strategis untuk melakukan akumulasi, terutama bagi investor yang percaya pada potensi jangka panjang Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan mata uang fiat.

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories