Pada 1 Mei 2025, harga Bitcoin (BTC) melonjak hingga $97.930, menandai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan. Banyak analis menyebut kondisi ini sebagai saat di mana “bintang-bintang sejajar” — sejumlah faktor positif bersatu mendorong optimisme akan potensi Bitcoin menembus $100.000 dalam waktu dekat.
Namun, di balik euforia itu, data pasar derivatif menunjukkan sikap hati-hati dari para trader futures, mencerminkan bahwa lonjakan harga belum sepenuhnya didukung oleh partisipasi leverage besar seperti pada reli sebelumnya.
Lonjakan Harga Didukung Arus Masuk Institusional
Faktor utama dari kenaikan harga ini adalah arus masuk besar ke ETF Bitcoin spot AS, dengan catatan $3,6 miliar dalam dua minggu terakhir. Investor institusional mulai melihat Bitcoin kembali sebagai:
- Aset lindung nilai terhadap inflasi
- Pilihan alternatif terhadap obligasi dan saham saat ekonomi melambat
- Portofolio digital yang mendapat dukungan regulasi melalui produk ETF
Namun meskipun aliran dana ke ETF tinggi, reaksi pasar derivatif tidak terlalu agresif, memperlihatkan bahwa lonjakan ini tidak sepenuhnya bersifat spekulatif.
Trader Futures Lebih Waspada dari Januari Lalu
Salah satu indikator penting dalam pasar derivatif adalah premi futures dua bulanan, yang mengukur seberapa jauh harga kontrak futures berada di atas harga spot. Saat ini:
- Premi tersebut berada di kisaran 6–7% — tergolong netral
- Pada Januari 2025, saat Bitcoin menyentuh $95.000, premi naik hingga 10%, menandakan euforia leverage tinggi kala itu
Interpretasi: meskipun harga naik, trader lebih berhati-hati dan belum mengaktifkan posisi long dengan leverage tinggi, mengindikasikan pasar sedang menahan diri.
Tiga Faktor Eksternal Membatasi Euforia
1. Ketegangan Perdagangan AS–China
- Meningkatnya tarif dagang memicu kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global
- Trader khawatir ketidakpastian ini bisa menghambat likuiditas pasar dan mempengaruhi aset berisiko, termasuk kripto
2. Reli Besar Emas
- Emas naik dari $2.680 menjadi $3.220, kapitalisasi pasar mencapai $21,7 triliun
- Bitcoin baru melampaui kapitalisasi perak ($1,8 triliun), namun masih jauh di bawah emas
- Ini menandakan Bitcoin belum menggantikan posisi emas sebagai aset lindung nilai utama
3. Korelasi Tinggi dengan Pasar Saham
- BTC saat ini menunjukkan korelasi positif dengan indeks S&P 500
- Jika saham tertekan oleh tekanan ekonomi atau kebijakan moneter, Bitcoin bisa ikut terseret
Opsi Menunjukkan Sinyal Bullish
Meski pasar futures stagnan, opsi Bitcoin justru menunjukkan antusiasme lebih tinggi:
- Skew delta 25% — indikator minat beli vs jual — menyentuh titik terendah sejak Februari, artinya pelaku pasar melihat peluang upside lebih tinggi
- Strategi delta-neutral banyak digunakan: investor masuk ke ETF sambil melakukan lindung nilai menggunakan derivatif untuk mengelola risiko tanpa menaikkan harga spot secara langsung
Optimisme Tertahan di Tengah Ketidakpastian Makro
Meski berbagai sinyal mendukung reli ke $100.000 — dari permintaan institusional hingga sinyal derivatif positif — para trader tetap mengadopsi pendekatan “optimisme berhati-hati.”
“Reli besar bisa saja terjadi sebagai kejutan, terutama jika Bitcoin berhasil melewati level psikologis $100K tanpa adanya lonjakan leverage yang ekstrem,” tulis analis Cointelegraph.
Namun, selama ketegangan dagang global berlangsung dan ekonomi global tetap lesu, banyak pelaku pasar percaya bahwa Bitcoin akan tetap berkorelasi tinggi dengan indeks saham, bukan sebagai aset lindung nilai independen seperti emas.