Kelompok negara BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, telah mencetak kemajuan signifikan dalam misi dedolarisasi mereka. Menurut laporan terbaru, kini lebih dari 65% perdagangan antar anggota BRICS dilakukan menggunakan mata uang lokal, menjadikan penggunaan dolar AS hanya tersisa sepertiga dari total volume perdagangan mereka.
Latar Belakang Dedolarisasi BRICS
Upaya ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang selama beberapa dekade menjadi mata uang dominan dalam transaksi global. Dorongan untuk dedolarisasi meningkat tajam setelah:
- Sanksi ekonomi global terhadap Rusia, yang memicu kekhawatiran tentang ketergantungan terhadap sistem keuangan berbasis dolar.
- Ketidakpastian geopolitik, termasuk perang dagang AS-Tiongkok dan konflik Ukraina.
- Ambisi BRICS membangun tatanan keuangan multipolar, di mana negara-negara berkembang punya suara lebih besar.
Langkah-Langkah Nyata Dedolarisasi
BRICS telah mengambil berbagai langkah konkret, antara lain:
- Penguatan perdagangan bilateral dengan pembayaran dalam mata uang masing-masing, seperti yuan, real, dan rupee.
- Peningkatan cadangan devisa dalam mata uang anggota BRICS, mengurangi dominasi USD dalam portofolio nasional.
- Pengembangan sistem pembayaran alternatif, seperti BRICS Pay, yang memungkinkan transaksi lintas negara tanpa bergantung pada jaringan SWIFT yang dikendalikan AS.
- Rencana jangka panjang menciptakan mata uang digital BRICS (BRICS Digital Currency), yang dapat berfungsi sebagai alat tukar bersama di antara negara anggota.
Implikasi Ekonomi dan Politik
Potensi Keuntungan:
- Kedaulatan moneter meningkat – Negara-negara BRICS tidak lagi terpapar langsung pada fluktuasi dan kebijakan suku bunga Federal Reserve AS.
- Biaya transaksi menurun, karena tidak perlu lagi konversi mata uang ganda ke dolar.
- Penguatan mata uang lokal dalam jangka panjang karena meningkatnya permintaan untuk keperluan perdagangan.
Tantangan yang Dihadapi:
- Ketergantungan pada stabilitas mata uang lokal – Negara seperti Brasil dan Afrika Selatan memiliki volatilitas tinggi dalam nilai tukar.
- Kurangnya infrastruktur dan kepercayaan global terhadap mata uang alternatif.
- Resistensi dari sistem keuangan internasional yang masih didominasi oleh dolar dan euro.
Reaksi Internasional
Negara-negara Barat memandang langkah ini sebagai sinyal bahwa dolar AS sedang menghadapi tantangan nyata terhadap statusnya sebagai mata uang cadangan global. Namun, para analis menekankan bahwa meskipun tren dedolarisasi semakin kuat, dominasi dolar tidak akan runtuh dalam waktu dekat.
Langkah BRICS memangkas penggunaan dolar AS menjadi hanya sepertiga dari total perdagangan mereka menandai pergeseran besar dalam arsitektur keuangan global. Jika tren ini terus berlanjut, kita mungkin akan melihat dunia multipolar di mana kekuatan ekonomi tidak lagi bergantung pada satu mata uang tunggal.